HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN

HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN


A.      Pengertian Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Membahas istilah pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan dapat dikaji berdasarkan 2 (dua) payung hukum pendidikan di Indonesia. Kedua payung hukum tersebut yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar isi Pendidikan dasar dan Menengah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 37 ayat 1 menyebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat:
1.      Pendidikan agama
2.      Pendidikan kewarganegaraan
3.      Bahasa
4.      Matematika
5.      Ilmu pengetahuan alam
6.      Ilmu pengetahuan sosial
7.      Seni dan budaya
8.      Pendidikan jasmani dan olahraga
9.      Keterampilan/kejuruan
10.  Muatan lokal
Pada butir ke-8 tertulis pendidikan jasmani dan olahraga (penjasor). Wuest & Bucher (dalam Agus, 2011) berpendapat bahwa Penjasor terdiri dari istilah, yaitu pendidikan jasmani (Physical Education) dan olahraga (sport). Pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai suatu proses yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan siswa melalui aktivitas fisik yang dipilih dan direncanakan dengan saksama. Sedangkan olahraga merupakan aktivitas fisik yang mencakup unsur pertandingan dengan aturan ketat bagi pesertanya. Sehingga Penjasor merupakan suatu proses pendidikan melalui pembelajaran yang memberikan perhatian pada pengembangan potensi manusia melalui aktivitas jasmani sehingga tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri. Jadi dalam hal ini ditekankan bahwa jasmani hanya dijadikan sebagai alat dan bukan tujuan dari aktivitas yang dilakukan itu.
Payung hukum kedua yaitu Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 sebagai salah satu payung hukum operasional Sisdiknas menyebutkan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis.
Kedua istilah tersebut, pendidikan jasmani dan olahraga serta pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada dasarnya memiliki kesamaan yaitu menggunakan gerak/aktivitas tubuh sebagai media membelajarkan siswa. Dualisme isitilah ini tidaklah penting untuk diperdebatkan karena esensi yang terkandung di dalamnya adalah sama. Yang terpenting adalah konsistensi penggunaan kedua istilah tersebut.
Menurut Abdulkadir (1992:2) Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan dan merupakan alat. Hal ini mengandung pengertian bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan yang tak dapat dipisahkan dan tergantikan.
Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi (Gusril, 2011: 6).
            Menurut WHO, pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselenggarakan untuk menjadi media bagi kegiatan pendidikan. Pendidikan adalah kegiatan yang merupakan proses untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rohaniah yang meliputi aspek mental, intelektual dan bahkan spiritual. Sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, maka pendidikan jasmani merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera Rohani (melalui kegiatan jasmani), yang dalam lingkup sehat WHO berarti sehat rohani.
            Jadi pendidikan jasmani dan olahraga ini adalah suatu kegiatan pembelajaran berupa aktivitas fisik dalam upaya peningkatan kebugaran jasmani sehingga diperoleh suatu keterampilan motorik, kesehatan, kebugaran, mental dan perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Voltmer (dalam Agus, 2011) mengungkapkan Penjasorkes sebagai proses menciptakan perubahan pada individu melalui pengalaman gerak, dengan tujuan yang bersifat holistik, tidak hanya pada pengembangan jasmani tetapi juga mencakup aspek mental, emosional dan sosial.
Menurut Permendiknas Nomor 22 tahun 2006, penjasorkes diartikan sebagai bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

B.       Tujuan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Penjasorkes merupakan wahana untuk mendidik anak. Menurut Lutan (dalam Agus, 2011) Penjasorkes merupakan alat untuk membina siswa agar kelak mampu membuat keputusan terbaik tentang aktivitas jasmani yang dilakukan dan menjalani pola hidup sehat sepanjang hayatnya. Tujuan ini akan dicapai melalui penyediaan pengalaman belajar langsung dan nyata berupa aktivitas jasmani.
Menurut Wuest & Bucher (dalam Agus, 2011) tujuan Penjasorkes mencakup perkembangan kebugaran jasmani, perkembangan keterampilan gerak, tujuan perkembangan pengetahuan dan tujuan perkembangan afektif. Sedangkan menurut Lutan (dalam Agus, 2011) tujual ideal Penjasorkes mencakup aspek psikomotorik, afektif dan kognitif.
Tujuan Penjasorkes yang bersifat utuh-menyeluruh juga dikemukakan oleh Soemosasmito (1999:117) bahwa pada dasarnya tujuan Penjasorkes adalah untuk mencapai derajat kesehatan secara utuh-menyeluruh mencakup aspek jasmani maupun rohani. Secara operasional, konsep sehat secara utuh-menyeluruh digambarkan oleh Soemosasmito (1999:117) dalam tabel berikut.


Tabel 1 Perilaku Hidup Sehat dan Indikator keberhasilan
Sumber : Soemosasmito (1999:117)
Perilaku Hidup Sehat
Indikator Keberhasilan
1.      Aspek Sehat Jasmaniah
Mengacu pada pribadi yang memiliki struktur jasmani yang tampan, serasi, seimbang.
a.     Tumbuh kembang serasi dan seimbang
Pertumbuhkembangan jasmani dan organ-organ tubuh secara serasi dan seimbang.
b.    Terampil
Gerak yang semakin kuat, cepat, tepat, lentur, terkoordinasi, luwes, indah, anggun, dan tangkas, yang mendukung tercapainya prestasi olahraga yang tinggi.
c.     Bugar
Tidak menderita suatu penyakit, dapat bekerja dan belajar relatif lama, dan masih memiliki cadangan energi setelah bekerja dan belajar dengan keras.
d.    Segar
Raut wajah selalu segar dan menarik
2.      Aspek Sehat Rohaniah
Mengacu pada pribadi yang berbudi pekerti luhur
a.     Sehat sosial
Dapat bekerjasama, tolong menolong, sikap terbuka, toleransi dan menghargai pihak lain termasuk lawan
b.    Sehat emosional
Dapat mengendalikan diri, tenggang rasa, saling memaafkan, saling menghormati dan dapat mengutarakan pendapat secara santun.
c.     Sehat mental
Bersikap jujur, sportif, disiplin, rela berkorban, tangguh, mantap. Mandiri dan bertanggung jawab
d.    Sehat intelektual
Memiliki citra hidup sehat dan berupaya untuk mengaktualisasikan perilaku hidup sehat intelektual yang tampak dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat mengantisipasi situasi pertandingan dalam menemukan strategi, teknik dan taktik yang tepat dan cepat
e.     Sehat spiritual
Dapat mengambil hikmah dan merasakan nikmat karena menghayati dan dapat mengaktualisasikan perilaku hidup sehat, karena mendapat limpahan rahmat dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Tujuan penjasorkes untuk pendidikan dasar dan menengah secara operasional telah disebutkan pada Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 yang memuat 7 (tujuh) butir yaitu agar peserta didik memiliki kemapuan sebagai berikut.
1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.
2.    Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
3.    Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
5.    Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis.
6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil serta memiliki sikap yang positif.
Bila tujuan yang bersifat menyeluruh tersebut dapat dicapai, hal itu memungkinkan siswa untuk:
1. Memperoleh dan menerapkan pengetahuan tentang Penjasorkes, pertumbuhan dan perkembangan serta perkembangan estetika dan sosial.
2.  Mengembangkan kemampuan intelektual, keterampilan gerak dan keterampilan manipulatif yang diperlukan untuk menguasai dan berpartisipasi secara aman dalam aktivitas jasmani.
3.    Mengembangkan kapasitas untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan menuju pola hidup sehat.
4. Mengembangkan sikap positif terhadap aktivitas jasmani yang menyumbang pada kesejahteraan individu dan kelompok.
5.  Mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan seseorang dapat berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain baik dalam kelompok maupun antar kelompok.
6.    Mengembangkan rasa keindahan berkenaan dengan peragaan keterampilan.

C.       Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Pengertian dari ruang lingkup adalah batasan. Sedangkan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Ruang lingkup mata pelajaran penjasorkes untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi 7 (tujuh) aktivitas yaitu:
1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. Eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulutangkis dan bela diri serta aktivitas lainnya.
2.      Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.
3.   Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai serta aktivitas lainnya.
4.   Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ dan senam aerobik serta aktivitas lainnya.
5.  Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air dan renang serta aktivitas lainnya.
6.  Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah dan mendaki gunung.
7.      Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

D.      Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Pembelajaran merupakan upaya penciptaan situasi dan kondisi yang memungkinkan/merangsrang siswa untuk belajar. Upaya itu didasarkan pada pendekatan yang menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran, sebagai individu yang berinteraksi secara aktif dengan sumber belajar (guru, media dan lingkungan) dalam upaya mengasah potensi-potensi yang dimiliki untuk mencapai tingkat aktualisasi diri yang tinggi. Konsekuensinya, semua subyek yang terlibat dalam pembelajaran harus menunjukkan perilaku kondusif-konstruktif.
Guru penjasorkes mempunyai peran tidak hanya membelajarkan siswa tentang teknik suatu gerakan, namun lebih daripada itu guru penjasorkes berperan dalam memberikan pengalaman belajar kepada siswa dengan memperhatikan aspek pertumbuhan dan perkembangan siswa.
Menurut Rusli Lutan (dalam Agus, 2011) pembelajaran penjasorkes dikatakan berhasil apabila:
1.    Jumlah waktu aktif berlatih (JWAB) atau melaksanakan tugas gerak yang dicurahkan siswa semakin banyak.
2.    Waktu untuk menunggu giliran relatif sedikit, sehingga siswa aktif.
3.    Proses pembelajaran melibatkan partisipasi semua kelas.
4.    Guru penjasorkes terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

E.       Fungsi Pendidikan Jasmani
Fungsi pendidikan jasmani Annarino, Cowell, and Hazelton (dalam Dwi, 2008) mengklasifikasikan ke dalam enam aspek yaitu.
1.    Aspek organik
a.    Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan-landasan untuk pengembangan keterampilan.
b.    Meningkatkan kekuatan otot, yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot.
c.    Meningkatkan daya tahan otot, yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk menahan kerja dalam waktu yang lama.
d.   Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk melakukan secara terus menerus dalam aktivitas yang berat dalam waktu relatif lama, hal ini tergantung pada efisiensi yang terdiri dari aliran darah, jantung dan paru-paru.
e.    Meningkatkan fleksibilitas, yaitu rentang gerak dalam persendian yang diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cidera.
2.    Aspek neuromuskuler
a.    Menjadikan keharmonisan antara fungsi sistem saraf dan otot untuk menghasilkan gerakan yang diinginkan.
b.    Mengembangkan keterampilan lokomotor, seperti: berjalan, melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, berlari, menderap/mencongklang, bergulir, menarik.
c.    Mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti mengayun, melenggok, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, mengantung, membungkuk.
d.   Mengembangkan keterampilan dasar jenis permainan, seperti memukul, menendang, menangkap, berhenti, melempar, memulai, mengubah arah, memantul, bergulir, memvoli.
e.    Mengembangkan faktor-faktor gerak, seperti ketepatan, irama, rasa gerak, power, waktu reaksi, kelincahan.
f.     Mengembangkan keterampilan olahraga dan dansa, seperti sepakbola, softball, bola voli, gulat, atletik, baseball, bola basket, panahan, hoki, anggar, tenis, bowling, golf, dansa.
g.    Mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti hiking, tenis meja, berenang, berlayar.

3.     Aspek perseptual
a.    Mengembangkan kemampuan menerima dan membedakan diantara isyarat yang ada dalam situasi yang dihadapi agar dapat melakukan kinerja yang lebih terampil.
b.    Mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat/ruang, yaitu kemampuan mengenali objek-objek yang berada di depan, di belakang, di bawah, di sebelah kanan, atau di sebelah kiri dari dirinya.
c.    Mengembangkan koordinasi gerak-visual, yaitu kemampuan mengkoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerak kasar yang melibatkan tangan, tubuh, dan/atau kaki.
d.   Mengembangkan hubungan sikap tubuh-tanah, yaitu kemampuan memilih stimulus dari massa sensori yang diterima atau memilih jumlah stimulus terbatas yang menjadi fokus perhatian.
e.    Mengembangkan keseimbangan tubuh, yaitu kemampuan mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis.
f.     Mengembangkan dominansi, yaitu konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki kanan atau kiri dalam melempar atau menendang.
g.    Mengembangkan lateralitas (laterility), yaitu kemampuan membedakan perbedaan di antara sisi kanan atau kiri tubuh dan di antara bagian dalam kanan atau kiri tubuhnya sendiri
h.    Mengembangkan image tubuh (body image), yaitu kesadaran bagian-bagian tubuh atau seluruh tubuh dan hubungannya dengan tempat atau ruang.

4.    Aspek kognitif
a.    Mengembangkan kemampuan mengeksplorasi, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan, dan membuat keputusan-keputusan yang bernilai.
b.   Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika.
c.    Mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat dalam aktivitas yang terorganisasi.
d.   Meningkatkan pengetahuan bagaimana fungsi-fungsi tubuh dan hubungannya dengan aktivitas jasmani.
e.    Menghargai kinerja tubuh, penggunaan pertimbangan yang berhubungan dengan jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas, bola, dan dirinya.
f.    Meningkatkan pemahaman tentang faktor-faktor pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi oleh gerakan
g.   Mengembangkan kemampuan untuk memecahkan problem-problem perkembangan melalui gerakan.
5.    Aspek sosial
a.    Penyesuaian baik dirinya dan orang lain dengan menggabungkan dirinya ke dalam masyarakat dan lingkungannya.
b.    Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan dalam situasi kelompok.
c.    Belajar berkomunikasi dengan orang lain.
d.   Mengembangkan kemampuan bertukar dan mengevaluasi ide dalam kelompok.
e.    Mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat.
f.     Mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima di masyarakat.
g.    Mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif.
h.    Belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif.
i.      Mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter moral yang baik.

6.     Aspek emosional
a.    Mengembangkan respon yang sehat terhadap aktivitas jasmani melalui pemenuhan kebutuhan dasar.
b.    Mengembangkan reaksi yang positif terhadap penonton dan partisipasi melalui keberhasilan atau kegagalan.
c.    Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat.
d.   Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas.
e.    Menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktivitas yang relevan.





DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 tahun 2006
Wijaya, Made Agus. 2011. Buku Ajar Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Modifikasi Cabang Olahraga. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
Albukadir. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Gusril. 2011. Model Pengembangan Motorik Pada Siswa Sekolah Dasar. Padang: UNP PRESS
Widodo, Dwi Cahyo. 2008. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Bermain. Tersedia: https://onopirododo.wordpress.com/2008/11/14/pendidikan-jasmani-olahraga-atau-bermain-ya/. Diakses pada: 14 September 2016
















Share this

Related Posts

Previous
Next Post »